SAFITRI
Illustrasi. |
Berbinar bintang memandang angkuhmu yang rapuh, Rembulan
malu separuh dirinya mengintip lelap dirimu dibuai gelap.
Jernih matamu melihat sisi dan seisi hati para pecinta
bertabur dusta, duka kau simpan lara kau hamba, lalu sang waktu membisu,
membius ambisi rakus rakus meringkus pupus.
Buka perlahan pandangmu ada indah menggores sisi dunia,
berpijarlah dengan keindahan pandangan batinmu.
Syair Abu Nawas mengetuk pagi, pintu pagi dibuka dengan tawa
yang terintegrasi tawakal. Gema dzikir lembut memasuki pori-pori menyusuri
relung hati dan menyatu bersama cahaya ilahi, teruiklah caci maki, dengki dan
benci, aduhai safitri.
Safitri, anggunmu laksana tunjung biru, manismu bak melati
dan elokmu bagaikan bung jati yang jatuh lalu tumbuh, safitri engkaulahh
bingkai hati.
Safitri, kusaksikan hari-hari menjerat hasrat, merangkai
jari menghitung serpihan rindu tanpa sangsi di mana kelak kita dipertemukan
hari yang pasti.
Safitri, ingatkah dikau dengan aroma kopi kita yang kita
aduk bersama? Andai kita bisa meneguknya.
Aduhai safitri, engkaupun berakhir sebagai ilusi.
Sekilas Info : Kirim naskah keren dan menarik anda di
Catatan Niam Jamil. Atau bisa langsung kirim di Contak Kami.
Tentang Penulis : Arib Pak’i aktif dalam membaca realita
kehidupan.