MENCARI EGO DIRI SENDIRI
Catatan – “Sebenarnya apa salahku? sebenarnya di mana letak keegoisanku? Kesombongan apa yang telah ku perbuat? Mengapa kebanyakan orang menganggapku tidak etis?”
Pertanyaan di atas kiranya sedikit gambaran tentang persoalan yang dialami oleh beberapa pihak baik dirasakan dalam kondisi sadar maupun tak sadar. Kebanyakan orang bangga atas prestasinya, mengedepankan kelebihan sehingga yang terjadi adalah keegoisan dan kesombongan. Unjuk skill seolah menjadi kebanggaan diantara orang lainnya yang tidak memiliki skill seperti dirinya.
Foto : Mencari Ego Diri. |
Kemudian bagaimana misalkan pola pemikiran dari potensi yang dimiliki kita rubah pola tersebut menjadi apa sebenarnya keegoisan kita, tersebut jarang sekali terlintas di benak memang terbilang aneh saat kita malah mencari sesuatu yang buruk dalam diri sendiri tapi tidak salah juga menggali sifat ketidaketisan untuk introspeksi.
Celah yang rumit ditemukan juga tidak gampang insan berpikir hal seperti itu, bagaimana mungkin ego kok dicari apa tidak sebaiknya diri kita mencari potensi untuk ajang unjuk diri. Jika dipikir-pikir ulang mungkin ada benarnya juga, jangan-jangan apa yang kita yakini benar belum tentu sesuai pada sudut pandang lain. Ketika bersikap egois apa sebenarnya yang kita egokan, jika kita sombong apa yang kita sombongkan?
Baca juga : Hidup tanpa tujuan.
Baca juga : Tunjukkan aku jalan yang sesat.
Keegoisan menutup jalan pemikiran yang sehat sulit masuk, kesombongan mengeraskan liver yang seharusnya lembut. Apa karena pengetahuan membuat sombong atau status sosial membentuk karakter menjadi egois? Masih banyak ilmu dan pengetahuan yang belum diketahui, masih banyak kebodohan yang belum kita sadari.
Sudah banyak pepatah mengiringi perjalanan hidup, namun atas limitnya ilmu berani-beraninya mematahkan pepatah. Jangan pernah merasa saat rendah hati redah diri akan dibuli. Ketulusan jiwa menjernihkan segala atas nama cinta.
Klik link : Memutuskan kebijakan bijak tanpa kontroversi.
Klik link : Pemilihan maling.
Mempunyai tangan seharusnya banyak perihal kebaikan senantiasa dijalankan untuk memperindah keasrian muka bumi. Memiliki kaki sepantasnya melangkah menapaki keadilan. Berilmu sedikit biasanya kasar bicaranya, kalau ilmu lebih banyak akan halus pembawaannya. Sejauh perjalanan hidup berapa karung ilmu kita dan pantaskah untuk sombong, lagi-lagi sifat baik dan buruk manusia berjalan beriringan seperti dalam membantu orang kesusahan tapi sifat jahat terkadang parkir di pikiran.
Hakikatnya tanpa kita mencari ego diri sebenarnya karakter itu ada dalam badan kemudian introspeksi benar-benar ajang meraba diri. Jika ego diri sudah ditemukan tiada rasa kesombongan melekat, rendah hati dan rendah diri adalah aset kekayaan kian dimiliki.
Blora, (06/10/2021).
Mawar Sastrajawa.