KETIKA KANGEN DILARANG

Catatan – Hukum di Negara sana banyak sekali aturan-aturan termasuk larangan demi kepentingan kehidupan dalam bermasyarakat. Dari sekian banyaknya aturan aku mulai berpikir apa jangan-jangan di negara sana banyak persoalan?

Pada catatanku kali ini aku tidak membahas soal kepemerintahan namun akan mencoba sedikit beralih tentang perasaan, hak setiap orang untuk berpendapat tak terkecuali hak untuk memiliki perasaan terhadap lawan jenis dan perasaan ini boleh jadi untuk konteks yang lain. Misalnya perasaan terhadap ilmu pengetahuan, perasaan dengan sepeda antik lawasnya, dan lain-lain.

Mawar Sastrajawa, Ketika Kangen Dilarang.

Rasa kangen bisa terjadi ketika ada suatu momen paling mengesankan yang telah terlewat kemudian kita mengharapkan dapat menghadirkan momen itu kembali. Kangen bisa diartikan juga perasaan rindu yang dalam kepada seseorang atau sesuatu dan sudah lama tidak dijumpai. Rasa tersebut memiliki sifat tak kasat mata, hanya hati yang berbicara tapi bisa saja tanpa disadari persendian tubuh tergerakkan olehnya.

Jika kangen berada di hati artinya tidak ada yang bisa menyangkal perasaan itu dan otak hanya sekadar mengontrol. Kangen itu seperti dendam yang harus tersampaikan. Boleh secara gerak kita tidak bisa memenuhi kebutuhan kangen, tapi rasa masih bersemayam, bung.

Baca Juga : Memori Delapan Sembilan.

Baca Juga : Cerpen 15 tahun.

Tentang cinta ada namanya kangen atau rindu, kangen tercipta disebabkan ketika orang satu dengan satunya tidak berada dalam suatu ruang juga dapat dibilang ada kerenggangan pertemuan sehingga kangen terbentuk. Saat bertemu setiap hari maka kangen tidak akan wujud jadi perlu adanya space.

Apakah kalian pernah memikirkan bila kangen dilarang? jika pernah, bagaimana bisa kangen dilarang? Mungkin semestinya harus bertemu setiap saat, lantas bagaimana jika sudah terlanjur kangen namun tidak diberi kesempatan untuk bertemu? Pasti mengalami luka sangat dalam. Perpu mana yang melarang kangen?

Klik Link : Cinta di atas segalanya.

Klik Link : Menemukan cinta di abad kehancuran.

Pertemuan memiliki makna menggembirakan dan menyakitkan, saat dalam pertemuan yang menggembirakan memang hati terasa senang dan disitu pula beriringan dengan kepedihan. Dalam berpelukan begitu erat sangat senang dirasakan dalam-dalam, kala itu juga berpikir mungkinkah kita dapat menghadirkan momen ini lusa nanti atau pelukan ini adalah pelukan yang terakhir? Dari sekian banyak ekspresi tidak satupun dapat mewakili situasi tersebut. 

Demi sedikit meredakan rasa kangen dan rinduku padamu, kasih, Aku menyelipkan fotomu di dompetku, kupandang selalu fotomu dalam androidku, kubaca ulang surat lama darimu, aku juga mengingatmu dalam dzikirku. Kekasih, datanglah penuhi rinduku.

Blora (20/09/2021).

Mawar Sastrajawa.