KASIH IBU MERAWAT MAWAR
Catatan – Kisah seorang Ibu sedang merindukan anaknya, kala itu anaknya menempuh pendidikan sehingga tidak dapat bertemu setiap hari. Tahun demi tahun berjalan berdasarkan kalender yang didapat dari pasar kelontong, tidak lama bertemu dengan anaknya hanya sebentar saja.
Foto : Kasih Ibu Merawat Mawar. |
Anak itu adalah aku. Aku adalah Mawar Sastrajawa. Nama itu cukup feminim, jika hanya mengetahui sebatas nama kemudian belum pernah bertatap muka maka dalam bayangannya mengira aku adalah wanita. Aku masih kesulitan bagaimana cara berkenalan dengan baik. Tapi bukan hal itu pembahasan kita sesi ini.
Sesuai cerita pada awal bagian, aku masih berkecimpung di dunia perkampusan. Hari-hari kerap kuhabiskan seputaran itu, jarang berada di rumah berjumpa keluarga. Dalam satu bulan bisa dihitung berapa hari bertemu dengan sanak famili, bahkan dalam satu hari bisa dihitung jam. Sama sekali tidak mengetahui, aku ini menjalani laku apa.
Perasaan rindu campur bawur sangat mendalam. Mulai dari kebersamaan, pertikaian sekali duduk sesama saudara, makan bersama terus kemudian ada kakak atau adik tidak kebagian tempe, gugup masuk kerja dan sekolah sebab masih antri mandi. Semua keceriaan rumah tidak aku rasakan di medan kampus. Semua berasa ketika berpisah.
Baca juga : Menempatkan rindu dan kesedihan.
Baca juga : Alam selalu ceritakan momen.
Aku tidak bisa berbohong pada aspek kerinduan pada seorang ibu. Dengan keberadaanku jauh dari rumah, orang lain mengira bahwa aku tidak kangen dengan Ibu. Memang aku ngakunya tidak kangen, tapi mata berkata lain.
Kucuran doa selalu aku haturkan kepadanya. Dalam kesendirian aku kerap mengeluarkan tetes air mata. Merenung, merefleksikan diri, berkaca pada diri sendiri. Sampai tidak bisa berkata-kata, hanya bisa terdiam membisu.
Sesungguhnya aku tidak benar-benar mengetahui apa perasaan dari seorang ibu terhadap anaknya. Ternyata kepekaan ibu lebih tajam dari pada anak. Sekalipun sulit terungkap, getaran di dada terkoneksi dengan perilaku anak ketika sedang apapun. Hati selalu berdebar deg-degan. Tapi apakah ibu dengan rela hati mau bercerita tentang perasaannya? Tidak.
Ia lebih memilih memendam dalam-dalam segala perasaan pedas senang. Tanpa ada yang tahu akan simpanan rasa itu, mestinya anak lebih bisa memahami senyuman ibu tanpa memberitahu dengan tindakan atau berkata-kata.
Aku benar-benar merasakan koneksi itu dengan ibu ketika aku pulang ke rumah melihat halaman belakang terdapat tanaman bunga Mawar dalam polybag. Itu adalah ibu penanamnya. Aku tidak tahu persis alasan menanam bunga indah berduri itu, seenggaknya ada sesuatu yang berbeda dan sangat memberi sinyal pada saluran hati.
Biarlah aku terbawa perasaan, toh alasan menanam karena diberi bibit dari teman kerjanya. Banyak nilai dibalik itu semua. Sedikit meredakan kerinduan kepada anak dengan mengajak bicara kapada bunga mawar itu. “Cepat tumbuh dan berkembang ya, Mawar. Jangan lama-lama besarnya, soalnya kamu bukan bonsai.”
Klik link : Aku adalah air putih.
Klik link : Kangen belum berhenti.
Sekedar menghibur diri menghilangkan rasa jenuh. Duri yang masih muda itu belum memberi kesempatan untuk berbunga. Bunga mawar sebelum mekar saja sudah membuat orang lain senang dan tergoda ingin memetik, bagaimana jika sudah mekar. Perkembangan lambat itu banyak dinanti orang, tidak ada bunga mekar dengan tergesa-gesa.
Mawar banyak duri, jika di pegang dengan tidak hati-hati pasti tangannya sakit. Berduri mungkin saja terlihat tidak bagus, dan ketika berbunga bisa melindungi keindahannya dari sang pemetik. Bukan tangkainya yang jahat sehingga dapat melukai manusia, tersebut menjaga kemegahan mawar agar tidak ternodai oleh tangan-tangan kotor manusia tak bertanggungjawab.
Aku merasa hidup di dalam tumbuhan bunga itu. Berasa kuyup basah ketika disirami, teduh diberi pupuk, senang dilihat-lihat menularkan senyuman lebar. Aku tidak sabar untuk cepat berbunga. Kapan ya bisa membuka lebar mahkota bunga? Memandang langit yang saling memberi senyum sapa.
Ibu merawat Mawar dengan penuh kasih sayang. Setiap pagi dan sore selalu disirami, kadang-kadang perlu diberi pupuk kandang untuk menyuburkan tumbuhan. Harus mau meresapi kebusukan kotoran demi membuat bentuk dan warna indah mempesona. Blora, (18/05/2021).
Mawar Sastrajawa.