catatancintaeksplorasiHidupimajinasiINSPIRASImeditasinasirOpinisunyi

SUNYI DALAM HIDUPMU.

Advertisements

Catatan
Nasir
– 
Tunggulah aku tiba di hadapanmu
dengan sekantung hujan dari musim kesepian yang meraung-raung di bilik jantung.
Bahwa sebagian tubuhku jauh darimu adalah dirimu sendiri, yang kau cintai sekeras tebing-tebing batu,
selembut angin lembah, sederas arus darah yang tak mungkin kauhentikan. 

Advertisements
Foto : Abdurrahman Nashir.

Kutunggu kau tiba di hadapanku dengan segurat senyuman yang
terbuat dari semburat matahari pagi. Helai demi helai menyentuh tubuhku seperti
lembut angin yang menahan getir sepi sendirian di Negeri yang sedang ketar ketir bergelut
dengan musim pandemi Covid-19
dan polemik politik.

Biarkan saja rindu berkecamuk di dada kita yang tabah.
Biarkan saja kebencian bermain intrik. Bukankah masa silam telah mengajarkan
kita cara menghadapi perkabungan, sebesar apapun detum jantung kita, tak akan
pernah memadamkan ingatan kita. Di sini, aku dingin malam menemani kesepianmu,
kau hangat pagi meredam kemarahanku.

Advertisements

Baca Juga : Putus, oleh Nimas Ayu Ningrum.

Baca Juga : Manusia bagian dari sampah.

Advertisements

Di mana pun kita berada, lengang selalu bersiasat dalam
rintik hujan. Percik demi perciknya akan meracik kenangan di kepala kita
sebagai tokoh-tokoh fiksi yang merindukan penulisnya untuk membuat sebuah
pertemuan. Barangkali siklus sunyi akan berakhir dan memecahkan jarak
berkeping-keping menjadi dekap dan kecup. Blora (29/04/2021).

Sekilas Info : Kirim naskah keren dan menarik anda di Catatan Niam Jamil. Atau langsung hubungi di Contak Kami.

Advertisements

Tentang penulis : Abdurrahman Nashir, pria kelahiran Blora (2001) saat ini aktif di
media sosial
Selebtweet. Sejak
SMK menggeluti dunia tulisan.

Advertisements

Silahkan Komentar