KOPI KEMARIN | MAWAR SASTRAJAWA.
Catatan – Ide brilian di pagi hari, seampas kopi tuangkan cinta abadi. Kopi kemarin masih meninggalkan sedikit sisa air hitam di atas endapan ampasnya.
![]() |
Foto : Kopi kemarin | Mawar Sastrajawa. |
Sedikit sisa kopi kemarin mengawali dan meneruskan sejarah kemajuan pola pikir, mari kita lanjutkan dengan setengah batang rokok juga sisa semalam yang tidak kuhabiskan.
Mengaktifkan cakrawala rithme kehidupan dunia tua renta, sedikit sekali jiwa-jiwa insan sadar akan meruwat dan merawatnya. Sebagian kecil peduli dengan lingkungan kalah telak dengan orang yang bisanya cuma merusak.
Baca juga : Kopi masih menyimpan hangat.
Baca juga : Kehitamgelapan kopi revolusi.
Mengevakuasi nyamuk mati mengapung di permukaan kopi. Nyamuk banyak berkeliaran malam hari, apalagi sereda hujan, sudah pasti beramai-ramai cari endapan air mampet untuk bereproduksi menetaskan telur.
Pagi hari gantian si lalat-lalat berkeliaran mencari kopi kemarin, hanya semut yang selalu ada tiap waktu. Aku terpaksa menyingkirkan mereka semua, karena aku butuh kopi dan mereka berada di lingkungan kopiku.
Klik link : Sejejal Rokok Menghidupimu.
Klik link : Penemuan ide ngopi ke ngopi.
Aku kehilangan konsentrasi, kerap tidak sesuai dengan prediksi sebelum tidur, kopi kemarin mencoba mendampingi diriku yang kehilangan keseimbangan nalar.
Kopi semalam yang masih ada di pagi hari tertumpuk kopi hari ini tanpa mencuci gelas. Bangkai semut, nyamuk dan lalat pun terangkat sudah. Blora (13/04/2021).
Waktunya melanjutkan pertapaan asmara karya, putih awan menutup diri dan bersembunyi dibalik topi. Indahnya cerita mengamuk tawa lunturkan kepala batu.
Mawar Sastrajawa.