aku dan kamucatatancintaimajinasiINSPIRASIliterasinur muthi'atunOpiniPAGISastra

RASAKU MASIH SAMA SEJAK AWAL KITA BERTEMU.

Advertisements
Catatan – Hari ini cuaca sangat dingin. Enaknya dinikmati dengan secangkir teh manis dan chattingan dengan kasih. Kami jarang chattingan, tanpa kabar, bertemupun jarang. Tapi kami menanamkan keyakinan pada hati semua akan baik-baik saja dan saling mempercayai satu sama lain.

Foto : Nur Muthi’atun.

Artikel terkait : Klik disini
Semua mengalir begitu cepat sampai tak terasa bertahun-tahun lalu kita berjumpa. Rasanya baru kemarin kita berkenalan.
Ahhh. Aku jadi ingat masa perkenalanku dengan kau. Kau yang aku cintai bertahun-tahun lalu. Rasa yang sama sampai saat ini yang tak berubah.
Rasa dimana awal perjumpaan menjadi kita. Jatuh pada rasa yang mengandung debar. Rasa berbunga-bunga awal perjumpaan kita. Apa iya ini yang dinamakan kasmaran?.
Sudah bertahun-tahun lamanya menjalani kisah cinta yang naik turun. Aku mencintaimu tanpa syarat. Ketulusan yang akan berbicara. Tak ada yang paham tentang cinta ini, hanya yang merasakan cinta yang mampu memahami cinta ini.
Baca juga :
Tak bisa dipungkiri lewat ini aku tahu sedikit banyak akan arti cinta yang sebenarnya. Kedewasaan telah diuji, dimana fase-fase masalah baru selalu datang menghampiri.
Berkali-kali diuji tanpa lelah kita lewati. Jatuh berulang kali tidak menghilangkan rasa kita. Rasa tidak akan hilang bersama masalah. Hanya masalah yang akan hilang bersama penyelesaiannya.
Jika perjalanan tidak ada pengorbanan semua akan menjadi sia-sia, sempurna karena tantangan yang diperjuangkan. Berhasil atau tidak itu urusan belakang. Lakukan apa yang perlu dilakukan. Perjuangkan apa yang pantas di perjuangkan.
Memang benar sekuat apapun kita berjuang jika Tuhan tidak menghendaki ya sudah lepaskan saja. Setidaknya kau pernah memperjuangkan cintamu. Bersama dia atau tidak itu pilihan dan sudah kau perjuangkan. Tuhan yang memilihkan dan menentukan.
‘Jika dia jodohku dekatkanlah, jika dia bukan jodohku maka jodohkanlah.’ Do’a sang kasih. Semoga tuhan menyatukan dua hati menjadi satu. Ku harap kau adalah takdirku.
Rekomendasi :
Tentang penulis: Nur Muthi’atun merupakan mahasiswa STAI AL-MUHAMMAD Cepu menggeluti kajian wacana intelektual dan sastra.

Advertisements

Silahkan Komentar