AKIBAT SAMPAH TAK KUNJUNG MUSNAH.
Catatan — Apa yang aku rasakan saat ini berbeda dengan hari-hariku sebelumnya. Aku sekarang berada di tempat yang lumayan jauh dari lingkungan. Sunyi dan hening sendiri di tempat baru. Kiranya tempat baruku kini merupakan tempat penebusan dosaku atas ketidakadanya tindakanku yang sebelumnya dipandang orang paling pemalas kelas kakap. Tak mau kerja dan gerak tubuh hanya menjadi tempat sampah di tempat suci. Lebih parahnya dipandang mengganggu keamanan dan kelancaran aktivitas serta pemicu kekacauan. Setiap orang yang menjumpaiku pasti berkeluh, befff,,, “tempat ini sudah kotor mugholadhoh, mesti secepatnya dibersihkan dengan sabun pembersih terbaik”.
Foto : Suasana malam sampah tak kunjung musnah. Blora (05/11/2020). |
Berkhawatir pula berkemampuan membuat orang yang menemui dapat sefrekuensi dan semadzhab dengan pemikiran gilaku. Itulah sebabnya secepat mungkin disingkirkan sebelum virus manular dan melumpuhkan banyak orang. Dapat kita bayangkan, daerah kelas lokal saja begitu kejam, saling dosok-mendosok, membunuh jalan hidup kawan sendiri. Bagaimana nanti ketika di daerah yang lebih luas? Pasti lebih ganas dan terstruktur.
Jika aku di tengah laut aku ingin menyentuh pucuk gunung, jika di puncak gunung inginku meraba pasifik. Diam membisu tak bergerak namun dilihat pada dimensi lain keras teriakanku dan berlari ke mars.
Klik : Arus bawah melebur.
Klik : Jadilah pemalas jenius.
Banyak orang berceramah dan berbicara untuk menyampaikan ide gagasan, tapi sedikit orang diam untuk belajar mendengarkan. Sulit kutebak jika ditarik pada sisi politik, ini kepentingan siapa dan apa? Atau bahkan terlepas dari itu semua? Mungkin secara kebetulan bertepatan dengan situasi politik dan situasi-situasi yang kebetulan muncul pada suasana hari ini.
Orang-orang meminta bergerak secara nyata, jika perlu memperjelas diri berprofesi apa sekarang. Bukan roda nasib yang berputar, hanya saja kita yang tidak mau berputar. Haruskah selalu muluk-muluk menyalahkan roda atau diri sendiri? Lumrah tuh, yang dari dulu kaya sampai sekarang, miskin hingga saat ini juga ada. Sebenarnya tidak ada perputaran roda, manusia sendiri yang enggan berputar.
Baca juga : Angin tipu-tipu.
Baca juga : Pemusnahan sampah non subsisi.
Sekarang uang adalah penguasa. Orang bisa didengarkan bicaranya karena banyak uang, pilih pemimpin dilihat dari tebal amplop yang diberikan. Orang berekonomi sedikit tak akan digagas dan digubris ocehannya. Bukannya melihat apa yang diucapkan tapi manusia banyak melihat siapa yang berbicara. Maka carilah uang sebagai alat kekuasaan yang sah.
Akan Aku lalui semuanya, mau tidak mau aku tidak bisa mengelah. Dunia kini membalikkan aku, tapi tunggu besok dunia akan aku balik.
Blora, (05/11/2020).