AKU YANG SALAH ATAU KAU YANG BENAR?.
Catatan – Mesti ku sadari bahwa apa yang kamu lakukan barusan sangat bagus, selagi aku tak mampu lakukan. Berikan penghormatan dan penghargaan bagi pecapai prestasi terlalu mahal untuk dilakukan.
Masih saja tak menghargai karya. Terlalu melihat dari satu sudut pandang teramat mudah menyalahkan lainnya yang melihat dari sudut pandang lain. Saling salah, salah, dan menyalahkan.
Baca juga : Lebih hina dari pengemis.
Baca juga : Singa tak mengaum di kandang sendiri.
Sementara itu, “kau ini salah,” begitu ricuhnya dalam pendengaran yang sewenangnya tiap orang mengatai. Dewan juri saja mengatai kekurangan yang terjadi bukan mencap bahwa itu salah. Mau bagaimana lagi?, manusia tak bisa semua menyadari kewajaran kekurangan tiap insan tanpa mencap buruk atau menghajar.
“Aku yang benar,” anggap berbenar diri tanpa koreksi seberapa yakin benar itu terjadi. Bicara benar dan salah jika pengajar tak mampu membenarkan dan menyalahkan berbuat baik itu lebih bijak. Ungkap “Aku yang salah atau kau yang benar,?” sadar akan kesalahan walau itu benar. Benarkah kau lakukan itu adalah kepicikan.
Foto : Aku yang salah atau kau yang benar?. |
Jika sepion kiri untuk melihat keburukan diri sendiri, cobalah sepion kanan untuk melihat kebaikan orang lain. Awas!, depan masih jauh kau tempuh. Teralu sering melihat keburukan diri merupakan ketidaksehatan dan melihat kebaikan orang lain adalah tindakan kegilaan. Kemas-kemas pikiran buruk dan buang jauh-jauh. Rangkum pikiran baik dan jalankan nalar sehat.
“Aku yang benar berarti kau salah,” bodoh amat nalar itu. Aku lakukan kesalahan ya aku salah, kau tanpa melakukan apapun itu lebih salah, jauh dari benar.
Klik link : Saat belajar di terjang.
Klik link : Sadar waktu terbuang sia-sia.
Imajinasi liar bukti kejantanan, tak punya imajinasi tak berpengetahuan dan tak berakal apalagi pengalaman.
Lelucon bukan?, itulah yang menjadi kegilaan bersama sahabat-sahabat di camp sambil menunggu nasi matang. Banyak orang mengira itu konyol. Lebih konyol orang yang mengatakan konyol dan tak mau berfikir. Memang di sela aktifitas masak selain diskusi kita selalu buat lelucon yang tak pernah libur.
Berhenti sekolah itu konyol dan berhenti berfikir merupakan kematian yang konyol. Apalagi berhenti belajar. Konyol-konyol merajalela tersusun dalam otak sadar. Blora (10/02/2019).
Mawar Sastrajawa.