bunuh diricatataneksplorasiHutangINSPIRASI

BUNUH DIRI KARENA TERLILIT HUTANG

Advertisements

Catatan Cerita – Berkedip-kedip mata arya seorang pemuda baru saja sampai di kota perantauan, Pemuda itu memandang ke langit ketika malam itu hanya 4 bintang yang muncul selepas hujan reda juga jangkrik bernyanyi di tempat perantauan sekaligus menjadi tempat pelarian karena di desa terlilit hutang meumpuk. Temannya, Rodi yang ia ikuti menghampiri dan hendak bertanya-tanya karena melihat murung muka arya semrawut.

 

Advertisements
Foto : kabel sebagai alat bunuh diri.

“Kamu ini kenapa, Sepertinya berat pikiranmu, arya?” tanya Rodi tanpa pekewuh “Perantauan memang seperti ini, jauh dengan keluarga”.

 

Advertisements

“ha ha ha, tidak apa-apa” dengan terpaksa arya terpaksa dan memecah keheningan, “Bingung tiada aktivitas, maklumlah perantauan baru”.

 

Advertisements

Arya rupanya masih tidak mau cerita tentang sebenarnya apa motifnya pergi merantau. Kemudian rodi mengajaknya pergi kesuatu tempat cari suasana baru dan tempat ngopilah yang ia tuju. Sesampainya di angkringan Arya masih terfokus pada langit dan berkata “Di kost tadi aku lihat 4 bintang, disini aku Cuma lihat 3. Bintang masih punya hutang 1 untuk kulihat”

 

Advertisements

“luar biasa nelayan bisa melihat bintang untuk memberi arah ketika cari ikan” tambah radi melempar mukanya ke atas.

 

Advertisements

Arya malah bingung kenapa radi ikut bicara tanpa arah. Rodi selalu bisa mengalir ketika lawan berbicara apapun walau hal itu dipandang spontanitas.

 

Advertisements

“jujur saja, kau ini kenapa, arya?” tanya rodi menumpuk jari tangan disela jemari lainnya.

 

Advertisements

“mari minum kopi” sontak ajak arya sembari meminum kopi yang dituang di lepek. Tidak mungkin arya bercerita sesungguhbenarnya. Mereka melanjutkan mengocehobrolkan sambil nikmati pahit kopi.

 

Advertisements

Tumpukan hutang selalu membayangi pikiran arya, budaya hutang telah menjamur pada masyarakat khalayak. Rata-rata pemberani mengambil hutang, manusia tak punya pekerjaan pun berani. Lebih uniknya koperasi atau semacamnya berani meminjamkannya, selepas akhir nanti mencekik dan memeras tanahnya. Diakui atau tidak.

 

Advertisements

Senada dengan negara, budaya hutang dan masih berproses terjadi kini. Ketika negara tidak mampu untuk membayar maka jalan terakhirnya membayar dengan rampasan sumberdaya kepemilikannya. Mau tidak mau semua diberikan kepada yang menghutangi.

 

Advertisements

Sebagai bentuk rasa hormat terhadap negara maka rakyat sebagian besar memiliki tanggungan hutang, sangat menghina negara jika masyarakat tidak memilikinya. Gegara itu kasus bunuh diri karena terlilit hutang tidak menjadi hal yang asing didengar oleh tukang sapu. Khawatirnya nanti yang bunuh diri adalah negara. Kondisi akan kacau.

 

Advertisements

Ditambah parahnya korupsi masih berlangsung, “setiap orang baik pun berpotensi malakukan kejahatan karena kejahatan tidak pernah libur” korupsi adalah musuh kita bersama, mungkin ada pandangan lain untuk bersama-sama lakukan korupsi. Uang dari swadaya masyarakat untuk negara guna bayar hutang malah bernota di kantong pribadi. Notanya ke negara, uangnya ke bala birokrat. Mesti kita telisik lebih lanjut terkait siapa yang awal mula melakukan transaksi perhutangan sampai ada kantornya.

 

Advertisements

<

p style=”font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; widows: 1;”>Rodi tampak bingung melihat arya yang menerima telefon berekspresi serius, mana tahu kalau ia di telepon depcoleptor. Gerak tubuh menjelaskan kepuyengan. Beberapa bulan kemudian uang arya merasa cukup untuk membayar hutang kemudian pulang ke kampung.

Advertisements

Silahkan Komentar