DIBAWAH POHON ‘MEH’ KU BERTEMU PENGHUNI.
Catatan – Sedu kapal api membuka hariku. Meskipun tidak sepagi jam masuk kantoran aku masih menikmati efek kafein dalam lambung yang masih kosong suapan nasi. Seteduh tempat duduk dari potongan bambu berbackgroundkan spanduk calon pemimpin yang dibalik oleh pemilik warung di bawah 2 pohon ‘Meh’ besar. Hanya beberapa belas meter adalah tempat pekuburan, sawah dan lapangan bola.
Terlihat landaian daun tertiup angin menjadikan isis. Daun masih hijau ada juga yang jatuh. Beberapa kasus, hukum alam tidak diterima oleh masyarakat yang menganggap itu adalah sebuah minside, sugesti atau lainnya yang tidak masuk akal. Itu hukum alam saja ada negoisasinya, belum lagi prodak hukum yang diciptakan oleh manusia sendiri. Katanya hukum telah peten, akan tetapi syarat dan ketentuan berlaku. Hukum bisa lunak tergantung pada siapa yang dapat menerobos palu ketetapan.
Bukan horor, penghuni di bawah pohon ‘meh’ tidak berdomisili sini. Populernya penghuni pohon adalah sendirian, tapi ini ramai-ramai bertanya sandi. Terkadang aku terkecoh menjadi bagian dari penghuni sejenak. Bankink (03/12).
Rekomendasi :
Pemuda menjadi aktor peralihan sosial. Baik buruk keadaan dan cepat lambatnya kemajuan sumberdaya salah satu indikator bisa dilihat dari pemuda. Dulu meminum kopi hanya untuk menghilangkan stres karena telah berpikir dan melakukan sesuatu. Berbeda era sekarang, siapapun dan kapanpun mengaku pengopi.
Aku tidak mengerti apakah mereka telah berpikir dan melakukan sesuatu atau tidak. Tapi kok semacam stres nan penat otak kayaknya selalu ada pada mereka. Dan guyuran hujan menutup catatanku sesi ini.