DIGUYUR ASMARA
Catatan – Semalam suntuk aku menggigil kedinginan sampai berlanjut pagi. Tidur nyeyak sesaat, selebihnya repot menutup tubuh dan mendekapi lutut yang ku tekuk. Dingin suhu hingga sekujur mati rasa. Beralaskan karpet, berselimut sarung, dan nyamuk berkeliyaran bebas menambah ketidaktenangan. Angin dingin tetap tembus, nyamuk tetap bawa darahku.
Foto : selepek sesruput kopi rasa hati diguyur asmara. |
Kata-kata cintamu telah menyelimuti, menghangatkan sampai lapisan terdalam tubuh. Cinta telah hadir pada dingin gerimis ini meski yang di cinta tidak berada di dekat. Kita bersama menggenggam erat satu rasa, berharap bertemukan di bawah lengkungan kekuningnya janur. Selasa (24/11).
Resapan cinta itu melanda saraf sampai DNA dan mampu membentuk kesempurnaan tubuh. Engkau yang selalu ada dalam bayang imajinasi, engkau tak pernah absen pada mimpi sepanjang malamku. Kekuatan imajinasi adalah ketika bisa terwujud dikemudian hari. Jika didalam imajinasiku engkau hanya bahagia bersamaku selalu, yakin ku akan terwujud kedatanganmu dengan harmoni irama cinta atas kekuatan do’a pada setiap waktu memujamu. Jika tidak ada tembok untuk bersandar, masih ada sajadah untuk bersujud.
Wahai puja, bila era telah tiba, tidak ada yang mampu menghadang kebesaran cinta kita. Menyingkirlah segala blokade. Aku akan bangun dari mimpi untuk meraih. Izinkan diri menggembara. Di gurun dengarkan aku akan menggema, sejuknya oase akan ada dibalik tulang rusukku mengembuni dirimu kelak. Salam untuk mu.