ISI RUMAH SAMA DENGAN ISI OTAK.
Catatan – Hidup
berada di tengah manusia dengan berbagai macam lakunya yang bersandarkan pada
jiwa masing-masing dan kemudian mendasarkan pada perjalanan mencari wawasan
pengetahuan. Seorang punya umur cenderung lebih tua dianggap ilmu dan
pengalaman lebih banyak dari pada orang yang masih berumur muda.
Belum tentu terjadi demikian, jangan melihat siapa yang
berbicara, tapi lihatlah apa bicaranya. Ada praktek bahwa anak kecil berkata
kebenaran tetapi di salahkan begitu juga sebaliknya orang tua atau orang yang
memiliki kedudukan tinggi mengatakan kesalahan tapi menjadi sebuah kebenaran
lalu patut dijadikan keimanan.
Baca juga : Aku adalah air putih.
Baca juga : penulis adalah sampah.
Luasnya ilmu membuat diri ingin bisa memperolehnya, hanya
saja kita mungkin berbeda dalam kesukaan cari pengetahuan. Sudah sangat lazim
terjadi pengetahuannya diwujudkan dengan sesuatu yang tampak, misalkan orang
suka menggeluti benda-benda antik akan cenderung mengoleksi barang-barang yang
tidak jauh dari hal tersebut ketimbang dengan akademisi yang mengoleksi banyak
buku.
Sulit dipercaya ketika orang ngomong membahas kajian
keilmuan tapi di rumahnya tanpa satupun buku ilmiah. Omong kosong ini
sepertinya banyak kita temui, ada yang beralasan belajar dapat datang dari
realita sosial atau dari media informasi. Blora (30/03/2021).
Foto : Mawar Sastrajawa. |
Isi rumah sama dengan isi otak, saat rumah bersih dan kosong
itu artinya otaknya juga bersih dan kosong. Begitupun dengan rumah atau ruangan
yang berantakan, mungkin berantakan otaknya. Pandangan berbeda juga ada yang
menyatakan saat belajar tempat belajar harus bersih agar nyaman dalam
melangsungkan pembelajaran.
Semakin hari pemahaman manusia tentang ilmu dan pengetahuan
semakin menyusut, telah terjadi degradasi intlektual hampir dialami seluruh
manusia tanpa terkecuali masyarakat yang notabennya menyandang nama mahasiswa. Banyak
orang punya otak tapi tidak berpikir, banyak orang punya mata tapi tidak
melihat, banyak orang punya telinga tapi tidak mendengarkan.
Memiliki organ tubuh yang sempurna tapi tidak digunakan
semaksimal mungkin, masih banyak manusia yang bangga dengan bermalas-malasan, secara
fisik sempurna tapi hanya digunakan sebatas formalitas saja. Punya otak tapi
tidak berfungsi.
Klik tautan : Pengembangan ego.
Klik tautan : anjing ada dalam diri manusia.
Pada kesepataan kali ini, di abad kehancuran cara berpikir
kritis tidak digunakan lagi dan yang paling terpenting adalah bagaimana bisa tampak
unggul dengan menyingkirkan semua manusia pengganggu. Menolong masyarakat hanya
jadi kedok belaka padahal setelah kita telusuri lebih lanjut yang dilakukan hanya demi mengeruk keuntungan per-unit hingga per-item.
Saling berlomba-lomba untuk menjadi pemenang, dengan peralatan otak serba canggih. apapun dilakukan guna mencapai tujuan yang ingin dicapai. Menghalalkan segala cara, menerobos norma sosial dan agama.
Ada yang tidak seimbang dalam menggunakan hati untuk merasa,
otak untuk beralar dan kemudian tingkah laku untuk melakukan suatu tindakan. Semestinya
ketiganya terdapat korelasi yang saling berkesinambungan. Bodoh dalam berpikir,
lemah dalam merasa dan kacau dalam bertindak akan melancarkan cita-cita di abad
kehancuran. Entah kenapa di abad kehancuran tidak menyediakan ruang peleburan.
Tidak ada isi otak yang bermuatan positif, sebagian besar
terkuasai oleh hormon negatif. Kekuatan pikiran negatif mempengaruhi seluruh
elemen tubuh melalui saraf-saraf yang tidak sehat. Sesuatu yang negatif mudah
sekali membawa dampak buruk tinimbang sesuatu hal positif.
Mawar
Sastrajawa.