JANCUKNYA AKU.
Kebingungan terjadi saat saya lahir di dunia serba canggih. Manusia menyebut kehidupan ini era milenial. Semua bisa didapat dengan instan.
Foto : Jancuknya Aku, Catatan Niam Jamil. |
Beruntungkah aku yang hidup di era ini? Atau bahkan aku sangat rugi?. Kehidupan yang begitu luas melanda fikiran. Dikehidupan nyata sudah tak ada lagi yang nyata. Dikehidupan maya kini seolah nyata. Semua hidup di dunia maya dan semua maya itu nyata.
Aku yang kecil tak berarti apa apa dengan dunia yang begitu besar ini. Namun sang generasi milenial seolah dapat menggenggam dunia sebesar ini.
Aku tak habis fikir. Semua tahu bahwa setiap manusia mempunyai lingkungan di sekitarnya. Namun tak berarti apa apa. Manusia lalai dengan lingkungan sekelilingnya. Lebih mementingkan genggaman melebihi apa yang ada di sekelilingnya. Seolah dunia maya lebih penting dibanding dunia nyata.
Tak tahu apa yang terjadi dalam maya. Berdiri di depan cermin itu nyata dan yang ada dalam cermin adalah bayangan semu yang bersifat maya. Apa saat ini manusia lebih memilih hidup menjadi bayangan cermin. Tak memilih hidup menjadi diri sendiri dan nyata.
Menjadi maya lebih asik kayaknya. Sadarkah bayangan dalam cermin itu ada di dunia nyata. Hanya saja aku lebih suka melihat diri di dalam cermin. Kurang pede aja. Makanya sering bercermin. Semua kurang pede dengan dirinya sendiri. Lantas kapan akhir untuk tidak menjadi bayangan?.
Ada tidak orang yang bercita-cita menjadi bayangan, Menjadi cermin. Agar selalu diperhatikan oleh semua orang. Agar selalu diajak curhat. Selalu menjadi panutan dan manusia terlalu tunduk dengan dunia maya. Selalu tunduk dengan alat yang digunakan sendiri. Padahal alat itu yang membuat manusia itu sendiri.
Lebih dihormati daripada orang tua. Zaman kemarin jika lewat didepan orang tua selalu tunduk, Selalu sapa, selalu menghormati. Berbudi pekerti yang baik dengan orang yang lebih tua. Namun semua itu hilang. Lewat didepan orang lebih tua saja sapa tidak mau. Apalagi tunduk. Mana budi pekertinya?.
Selalu diabaikan apa yang ada disekelilingnya. Fokus pada maya saja. Lanjutkan bakatmu nak untuk menjadi ahli tunduk dengan bayangan maya. Benarakah pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat. Oh.. ya tentu saja iya. Manusia semakin cerdas tanpa pendidikan, tanpa guru pengajar.
Kebenaran dibilang salah. Kesalahan katanya hal yang wajar.
Bagaimana nanti kehidupan anak cucu kalian. Jika kalian saja saat ini suka bersandiwara di dunia maya. Apakah nyata kalian itu maya?. Anak kecil sudah pandai bermain dibayangan semu. Tidak ada larangan untuk melarang bercermin melihat bayangan maya. Orang tua saja malah ikutan didalam kemayaan.
Anakmu lupa kau susui. Kau sibuk mencari cara menyusui yang baik dan benar. Terlalu lama asik mencari, anakmu mati kering kekenyangan melihat ibunya didalam cermin.
Anakmu kau susui dengan bayangan cermin yang kau gambarkan sendiri. Mencari susu buatan untuk kehidupan bayi. Anakmu itu nyata bukan maya. Nanti kamu akan menjadi ahli bidang dunia nyata yang maya nak.
Kamu akan menjadi orang besar meski secara nyata kamu tak diketahui keberadaan mu.
Semua kebenaran dapat kau bohongi. Semua kebohongan bisa kau benarkan. Kamu akan terkenal tanpa mengenal. tanpa dikenal di era nyata. (19/10).