KonferensipemerintahpenguasaPolitikrakyat

KONFERENSI BAWAH MEJA

Advertisements

Catatan – Hak manusia memiliki atas demokrasi tanpa terkecuali punya hak politik. Politik memiliki pemaknaan cukup luas, para pakar ilmu telah membahas tuntas makna politik secara rinci, kita secukupnya saja memaknai hal itu, tinggal mengembangkan sebagai betuk perwujudan dan no problem jika kurang puas pemaknaan dari pakar bolehlah kita memiliki pendapat lain.

Foto : Coretan ilustrasi konferensi bawah meja.

Bagian sederhana ini aku coba menyentil secara abstrak sebagaimana atas perjuangan telah dikoarkan oleh orang yang gayanya sok pahlawan, ternyata oh ternyata mereka pula memperjuangkan selain sosok yang mengaku berpihak kepada kaum bawah adalah mengagendakan konferensi bawah meja.

Advertisements

Konferensi sebenarnya diperjuangkan mati-matian bukan separuh mati. Melakukan gerakan sosial hanya sebagai alibi belaka, menunjukkan kedermawanan palsu, jabatan politik telah di gapai berdasarkan prosedur yang telah di tetapkan. Sebenarnya apa marwah dari politik? mendapatkan jabatan bukan berarti ia adalah seorang pahlawan kemanusiaan. Sering kita jumpai orang politis mengkampanyekan dirinya dan mungkin orang lain tentu membawa visi dan misi seolah pro rakyat pula dagang sebuah janji. Kami lelah pak, dengan perdagangan janji palsu mu. Hanya berganti-ganti topeng di kursi jabatan namun motifnya masih sama. Memperjuangkan perut dan bawah perut. Hak demokrasi rakyat sudah disiapkan di kantong tengkulak politis. Ada juga yang parah, tengkulak itu mampu menstir para pejabat. Jangan heran semisal ivent pemilu, calon berani membeli hak suara dan kemudian jadi lelang calon-calon lain, siapa memiliki bandar yang punya banyak uang dan meninggikan harga maka suara akan jadi miliknya.

Money politic sudah menjadi tradisi. ketika jadi pejabat mulailah pembicaraan bergeser pada proyek dan pada diperebutkan. Mungkin posisi tersebut sangat vital untuk mengembalikan modal. Tengkulak pasti hadir di tengah masa jabatan atas perjanjian politiknya. Multatuli, maafkan kami yang tumpul nalar kritis. Lupa dengan janji yang katanya kemaslahatan umat. Sadar dong, di atas makna politik ada humanis.

Advertisements

Bohong besar, di hadapan publik ngomong pembangunan, pemberdayaan dan kemanusiaan. Tapi, di bawah meja melakukan konferensi dan tidak untuk dipublis, hanya tuhan, pejabat dan makelar yang tahu. Kita tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi di balik tembok istana dan tembok-tembok lain.

“Suuut, masyarakat diam. jangan berpikir uang. kita ini harus memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan” papar pejabat kelas teri.

Advertisements

Sudah tentu masyarakat dialihpandangkan, diminta untuk terus berjuang, tak usah pikir uang, ya karena mereka yang berdasi itulah yang memikir dan melahap uang. Rakyat lapar, sedangkan mereka tertawa di meja makan. semakin menampakkan ketidakadilan. Pahlawan tidak pernah mengharap apapun dan tidak mau di bayar, apalagi di sanjung. uang receh kok ya masih ada.

Apa selalu marjinal band yang menyapa orang di bawah jembatan, di pasar, petani, proletar. Befff, Boro-boro nyapa mereka. Proyek adalah daging segar, ruh jabatan ya disini. Dimana kita bisa hidup. Kami biasa makan daging kawan sendiri. Hanibalis. Kapitalis. Sikat sana-sini. Entah andaikata Antonio marah dan datang membawa teori hegemoninya. Konferensi bawah meja sulit dihentikan, apalagi sudah secara umum dirahasiakan. Siapapun bisa tahu dan menyadari akan hal tersebut. juga jadi prioritas.

Advertisements

Silahkan Komentar