KOPI MASIH MENYIMPAN HANGAT.
Catatan – Sudah hampir pagi kita berdiskusi bahas topik-topik tak terkonsep, dari filsafat sampai bendungan ghibah jebol. Sebatang rokok demi sebatang rokok menghegemoni otak segarkan kajian lebih menarik, ya walaupun kopi tidak sepanas awal kita membahas dalam catatan sejarah tentang keberhasilan penjajah saat menjajah .
Foto : Mawar Sastrajawa, Tuang kopi di lepek.
|
Sepenuh itu asbak semula baru 2 linting tegesan tergeletak melengkung kusam. Ocehan malam apakah semenghabiskan daya rasuk otak sehingga perlu stimula asap rokok dan kopi begitu banyaknya.
Salam kepada nyamuk malam, maafkan Aku telah mempertemukan temanmu ke Tuhan. Aku sama sekali tidak berniat seperti itu, Aku tahu kamu juga membutuhkan sesuatu dari tubuhku. Tapi bisakah nanti saja saat Aku tertidur? Kalian menyiksaku saat ini sedang ada topik yang sangat krusial. Belum lagi temanmu yang mati berenang di kopiku.
Baca juga : Mulut manusia anjing.
Baca juga : Pagi-pagi ngopi.
Waktu telah membawa pikiran sering melompat-lompat acak-acakan, kerap membuat pecah konsentrasi. Bagaimanapun itu kita harus bisa mengendalikan diri untuk memanagemen perihal tertentu.
Pada waktu tertentu kita sudahi diskusi malam ini, kabut dingin menabrak kulit tipisku dan mata lelah tapi masih bisa kupaksa melek karena sejak masih kecil telah terlatih meminimalisir jam tidur. Bisa rusak fatal negara jika masyarakatnya tidur melulu.
Klik link : Galeri cinta.
Klik link : Kopi gila.
Kehangatan ditambah keharmonisan pertemuan kita membuat lalai kalau kopi hitam sudah dingin dan tinggal sedikit. Bukan hanya hangat kopi yang mampu mengaktifkan mesin otak, obrolan juga salah satu penentu dalam proses memanaskan suasana, dengan syarat menyambungkan frekuensi yang sama sekalipun beda pandangan.
Simpanan kehangatan kopi literasi ini membuka cermin kritik bukan anti kritik, menerima apapun dari siapapun. Toh keyakinan kita tidak sepenuhnya benar. Membuang abu bakar saja masih di gelas. Blora (18/03/2021).
Mawar Sastrajawa.