MAHASISWA TAK BERSEPATU
Mahasiswa disebut juga masyarakat intelektual yang dipandang
mampu membuat perubahan sosial. Tak jarang mahasiswa menjadi penyambung
aspirasi atau protes masyarakat kepada pemerintah. Daya pikir kritis menjadi
senjata dan cukup membuat para orang merasa tegang ketika bertatapan dengannya.
Karennanya menjadi kontrol sosial. Melihat dari sejarah, mahasiswa mampu
meruntuhkan rezim yang tidak adil. Sejauh ini begitu banyaknya orang yang
menempatkan dirinya sebagai mahasiswa dan menginginkan dirinya mampu mewujudkan
cita bangsa.
Foto : Mahasiswa Tak Bersepatu. |
Tentu dari banyaknya terdapat beraneka macam, baik mulai
dari pemikiran hingga penampilan. Arya misalnya, sebocah aktivis memiliki nalar
dan pemikiran tajam. Menurutnya manusia bebas berpikir dan sah menyampaikannya.
Pro konta juga terjadi padanya, arya jarang memakai sepatu meski dalam kampus
dan dipandang nyeleneh dari yang lain. ‘Mahasiswa itu tak bersepatu’ kata yang
sering terlintas, namun tak digubris arya malahan beberapa teman yang
sefrekuensi mengikuti dan menjadi simbol tersendiri menjadi aktivis. Secara
umum yang bersepatu justru mahasiswa yang hanya mengikuti rytme kampus dan
menutup diri tidak mau melebar dengan keadaan manusia secara umum. Jika ada
mahasiswa tak bersepatu, pasti orang mengira bahwa mereka temannya arya.
Arya sempat tidak diperbolehkan masuk area kampus oleh
security lantaran tidak pakai sepatu. Tetap saja ia masuk dan sangat melelahkan
mengaturnya. Seiring berjalannya waktu arya pula yang membuat petugas satpam
itu memiliki tempat serta tambahnya pesangon. Scurity kemudian menjadi biasa
dengan arya bahkan akrab seperti teman sendiri, dari situ arya banyak mendapat
informasi dari satpam baik jika di tanya atau tidak. Mahasiswa tak bersepatu
itu memiliki sifat humanis dan humoris dengan siapapun, ia juga sering
membawakan kopi dan cemilan untuk teman yang membuat setiap orang lebih akrab
dengannya.
Arya banyak membuat perubahan dalam berpikir ataupun
bertindak, tak hanya itu ia juga kerap melakukan advokasi dan study kasus
merupakan secuil dari keahliannya. Tak jarang ia membuat kegaduhan di mata
pemerintah atau oknum didalam juga di kritisi.
Arya merupakan sosok pengkrtis, apapun yang dianggap
melenceng dan tidak adil selalu di kritisi; mulai dari sektor pendidikan,
ekonomi, sosial, politik, budaya, aparat, rumah sakit dan lain lain.
Suatu ketika polisi menangkap dan memenjarakan arya atas
tuduhan ujaran kebencian, menyampaikan kabar bohong, dan mengganggu keamanan
atas perilaku kritisnya. Di penjara tak satupun polisi yang mendekati dan tak
ada yang menjaga, hanya saja menjaga dari jarak jauh, ia menghuni sel sendiri,
jauh dari komplek sel napi lainnya. Hanya bisa berteriak ketika ingin berak dan
kencing, makan di antar. Di balik jeruji berkarat arya hampir kehabisan akal,
suasana seperti ini menurutnya baru, dia kebingungan ingin lakukan apa dan
bagaimana. Sedangkan tak ada tanda tanda proses pengadilan. “Aku tak tahu
apa yang terjadi di luar sana dan mereka yang di luar sana juga tak tahu apa
yang aku alami” renung arya. Ketika tengah malam mahasiswa tak bersepatu itu
menggigil kedinginan dan di serbu nyamuk. “Pak! Pak!” Teriaknya
gedor-gedor pintu jeruji panggil penjaga. Penjaga datang “ada apa kau
panggil-panggil kami!” Jawabnya garang pegang tongkat di tangannya.
“Aku kedinginan dan digigit nyamuk” papar arya sambil tunjukkan tubuh
yang kedinginan dan memerah kegigit nyamuk “bisa minta tolong aku kasih
obat nyamuk dan selimut, pak, parmin (lihat nama dada).”
“Tunggu sebentar, arya. Akan ku laporkan kepada atasan
tentang bagaimana keadaanmu” gegasnya. “Terimakasih penjaga.” Penjaga
itu bergegas meninggalkan kurungan dan melaporkan kemauan arya.
Jenuh dan bingung dirasakan, selalu memikirkan bagaimana ia
bisa masuk bui tanpa kejelasan bahkan di dalam sini kerap menerima gagang laras
panjang terbang di kepala dan tubuh lain jika penjaga marah.
Beberapa menit kemudian datang penjaga membawa selimut dan
obat nyamuk di lempar ngawur tepat jatuh depan bawah jeruji sehingga aku
meraihnya dan menarik dengan tangan lewat besi paling bawah.
Satu pack obat nyamuk dan selimut kusam bekas setidaknya
sedikit menghangatkan badan di suhu malam dingin. Merebahkan badan berbantal
selimut, tangan kiri di kening dan kanan di perut angan-angan melihat dinding
lusuh bekas tangan kotor dan nyala obat nyamuk tak jauh darinya. Mata melirik
kanan kiri, tidur berbaring kanan kiri tak tentu. Mata ngantuk namun hati dan
otak berjalan kencang hingga pada saat tertentu lihat-lihat kertas obat nyamuk
dan memainkannya, befff. Sontak mata terang dan ia bangun seolah dapat ide.
Ini kertas obat nyamuk sepertinya bisa bermanfaat jika
digunakan, bisa untuk menyampaikan pesan atau menulis akan tetapi pena tidak
ada sehingga mengharuskan punya pena walaupun diperaturan penjara tidak di
perbolehkan membawa alat tulis, tapi mau bagaimana lagi? Apakah selamanya kebenaran
tidak boleh terungkap. Pasti tidak akan bisa membendung pikiran. Cari cara agar
bisa dapat pena dan tidak di ketahui aparat. Arya mengambil kesempatan ketika
sore hari penjara tidak di kunci boleh melakukan aktivitas diluar sel dengan
ketentuan berlaku, ia jalan-jalan berkeliling rumah tahanan cari angin segar
menyusuri tiap sudut, mendengar suara petugas kebersihan sedang sibuk
bersih-bersih gudang arya langsung menjumpainya siapa tau mendapat informasi.
Saat di ambang pintu petugas itu sudah mengetahui keberadaan arya kemudian
marah, “keluar dari sini!” Tegasnya merapikan kardus tanpa tengok
“pasti kamu mau kabur dari penjara, keluar!”. Arya kemudian diam dan
merasa ada kecurigaan dengan petugas tersebut sepertinya pernah bertemu di hari
sebelumnya, “pak riko!?” Sapanya, namun petugas tak menggubris bisa
jadi tau nama dari petugas lain atau nama dada. “Pak riko, bapaknya riki
kan?” Arya menyebutnya. Petugas kebersihan, riko kaget kenapa bisa tahu
nama anaknya dan dengan muka kusam ia menoleh “Arya!” Kejutnya
“Iya, pak, riko” jawab arya, “befff… mengapa kamu bisa berada
di sini?” Tanya riko memegang dan menggoyahkan tubuh arya. Arya kemudian
menjelaskan tentang apa yang dia alami dan pak rikk memberikan informasi
tetntang apa yang sedang terjadi di dunia luar, keadaan membutuhkan arya yang
dianggap pengkritis berbobot namun kondisinya di sel menjadi situasi semakin
hancur, merabaknya ketidakadilan meluas dan lain lain (Diketahui riki anak dari
pak riko adalah teman arya seaktivis di kampus). Dari kejadian itu pak riko
setidaknya bisa membantu arya mencari informasi.
“Aku membutuhkan pena, pak” pintaku pelan
Riko awalnya sedikit menolak dengan rasa takut “begini
nak, (garuk rambut) para napi tidak di pernenankan membawa alat tulis, nanti
bisa kena marah jika ketahuan” takutnya. “Jangan khawatir, aku bisa
menjaga agar tidak ketahuan” jawab arya. Mahasiswa tak bersepatu itu
kemudian diberi bolpoin oleh pak riko mengambil dari saku kantong bajunya,
dengan cepat memberikan dan menyembunyikan dibalik pakaian yang dipunggung
bertuliskan ‘TAHANAN’.
Sejak itu arya dibalik jeruji tiada henti untuk menulis di
media bungkus obat nyamuk secara diam-diam kemudian diberikan kepada pak riko
untuk menyampaikan pesan, baik pesan untuk teman atau portal berita. Mesti di
sel mampu menggiring opini masyarakat membela dirinya tidak bersalah dan tidak
ada tanda-tanda akan adanya pengadilan serta di dalam mengalami siksaan yang
begitu pedih. Begitu pula keadaan rekan aktivis juga dengan adanya surat dari
arya membuat mereka seolah terprovokasi kemudian hal itu menjadi gerakan
mahasiswa ‘freedom arya’ di tunjukkan oleh sahabat aktivis datang ke rutan
menemui arya menginformasikan keadaan lapangan, dalam kedatangan rekanan
aktivis di rutan sangat sulit untuk menemui arya kerap kali akan bentrok dengan
aparat. Aparat memperbolehkan masuk tapi hanya satu orang yaitu riki melalui
pengawasan yang ketat menyulitkan riki dan arya bercakap secara inten, arya
juga kesulitan memberikan surat racun. Surat itu diselipkan di tas yang dibawa
riki ketika penjaga melengos. Petugas dengan tampang garang
menghampiri mereka “waktu kaian habis, cepat tinggalkan tempat ini”
riki melepaskan genggaman dari keruji besi kemudian meninggalkan tempat itu.
Kepedihan harus dihadapi oleh sebocah mahasiswa tak bersepatu, menegakkan
kebenaran selalu menimbulkan ketegangan dan harus mau termarjinalkan sedangkan
di luar koruptor akan melangsungkan aksi penjarahan harta rakyat, mereka tidak
pandang masyarakat mangalami resesi ekonomi. Koruptor memiliki struktural
sangat lengkap, mulai keamanan, siber, pendidikan, pasar, dan aneka lainnya.
Sampai kaki tanggannya ada di tiap-tiap plosok desa. Patut kita apresiasi dan
beri upplause mereka memiliki alat penjarahan yang lengkap setiap kebutuhan ada
semua. Stok suku cadang pun terjamin.
Perlunya kekuatan super untuk menggagalkan aksi tersebut,
riki termasuk membantu gerakan rakyat dan surat racun dari arya dengan tegas
akan menghilangkan penjarahan di rezim yang ngawur tersebut, meskipun di balik
penjara namun bisa menggerakkan masa dan menuntut membebaskan arya dari tahanan
karena tak bersalah. Semakin menguatnya gerakan masa pihak aparat semakin
kuwalahan membendung karena membludak bahkan masa mampu menerobos tempat
strategis dan mampu memblokade jalan. Berdasarkan tragedi tersebut, 3 hari
kemudian arya bebas dinyatakan tak bersalah. Disini pihak aparat membebaskan
arya dengan bebas bersyarat, yaitu arya harus meyakinkan masa untuk berdamai
dan menciptakan situasi kondusif. Syarat tersebut diamini oleh arya, untuk
menciptakab situasi kondusif, aman dan damai, ia pula mengajukan permintaan
untuk mengadili tahanan dan mengusut tuntas koruptor pun tindak ketidakadilan
yang dilakukan oleh penguasa tanpa mempertimbangkan kemanusiaan dan lingkungan
alam. Selasa (27/10/2020).