News

Mantan Bupati Blora Tolak Habib, Bikin Gaduh Masyarakat

Advertisements

Blora – Mantan Bupati Blora Djoko Nugroho menolak adanya para habib yang ceramah. Para habib yang mengaku keturunan Nabi Muhammad SAW tersebut dinilai membuat kegaduhan masyarakat. Pernyataan tersebut disampaikan berkaitan dengan isu kontoversi Ba’alawi keturunan nabi.

Mantan bupati 2 periode tersebut mengatasnamakan Relawan Gagak Rimang Cepu Blora. Disampaikannya pernyataan sikap saat berada di Sasana Gedung Arya Jipang atau Petilasan Aryo Penangsang di Desa Jipang, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, baru-baru ini.

Advertisements

“Dari tempat bersejarah ini kami ingin menyatakan sikap, bahwa Kami menolak para habib yang mengaku keturunan Nabi Muhammad SAW. Karena telah bikin gaduh masyarakat. Dengan tausyiahnya atau ceramahnya yang cenderung provokatif dan sombong. Juga fatwa-fatwanya yang menyesatkan,” ucapnya dalam pernyataan sikap.

Video pernyataan sikap ini sempat beredar di media sosial. Pria yang kerap disapa Pak Kokok tersebut meminta agar masyarakat muslim Blora agar berhati-hati dengan apa yang disampaikan para habib melalui ceramah-ceramah.

Advertisements

“Sebagai sesama anak bangsa dan sebagai sesama muslim pernyataan sikap ini penting guna mengingatkan bapak, ibu, saudara-saudaraku agar lebih berhati-hati dan rasional. Agar kita tidak terus dibodoh-bodohi, tidak terus diperalat dan menjadi budak ritual mereka,” ucapnya.

Kokok mengimbau agar semua masyarakat untuk menjaga kondusifitas. Dia dengan tegas menolak para habib berceramah di Blora.

Advertisements

“Selanjutnya dalam rangka mengawal dan mengamalkan Islam yang Rahmatan lil Alamin, juga untuk kerukunan umat beragama khususnya Muslim di Kabupaten Blora, kami menolak para habib untuk tausiyah atau ceramah di pengajian ataupun sholawatan di Kabupaten Blora. Semoga Allah SWT merahmati kita. Amin,” jelasnya.

Saat ditemui di Sawahan Kelurahan Tempelan, Kecamatan Blora, Kokok menilai masyarakat Blora sangat mengagungkan Nabi Muhammad, namun dimanfaatkan oleh kelompok habib keturunan Ba’alawi. Beberapa tindakan dianggap tidak sesuai, misalnya makam yang diklaim makam habib.

Advertisements

“Tahu-tahu di-habib-kan oleh grub Ba’alawi. Seolah-olah itu keturunan mereka. Makanya kita perjuangkan. Mereka memanfaatkan kecintaan yang teramat sangat umat islam di Indonesia, di Jawa Tengah Blora. Terhadap Islam, terhadap Nabi Muhammad, terhadap Walisongo, terhadap tradisi-tradisi ziarah. Itu betul-betul dimanfaatkan,” ucapnya saat ditemui, Jumat (27/12/2024).

Kokok seorang purnawirawan tersebut juga menyayangkan adanya habib yang memalsukan makam dan dianggap sebagai makam habib tanpa diketahui kebenarannya. Kokok mengatakan banyak habib bertindak provokasi kepada masyarakat.

Advertisements

“Saya kira ada, sekalipun tidak sekeras yang ditayangkan di televisi. Makanya sebelum itu terjadi maka saya keluarkan deklarasi ini untuk mencegah mereka. Kalau itu sampai terjadi, bahaya,” terangnya.

Blora sendiri diketahui banyak menggelar pengajian atau sholawatan dengan mengundang habib. Dari kehadiran habib tersebut dinilai bertendensi pada isu kontroversi Ba’alawi.

Advertisements

“Ya sedikit banyak ada itu. Makanya setiap solawat yang diundang grub mereka. Sekalipun itu tidak bisa dibuktikan ada. Dari awal saya sampaikan kurangilah itu (mengundang habib). Itu tujuannya luar biasa. Intinya jangan meracuni hati pikiran warga Blora dalam berakidah,” beber Kokok.

Dia berharap kegiatan pengajian tidak mengundang atau menghadirkan habib. Agar diisi oleh kyai-kyai lokal yang sesuai dengan ajaran Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah.

Advertisements

“Ya saran saya kembalikan lagi kepada kyai-kyai lokal lah . Kyai-kyai Blora. Saya pikir di Blora juga banyak potensi yang mengikuti Ahlussunnah wal Jamaah. Saran saya kembali lah kepada leluhur kita, para kyai-kyai nusantara yang saya kira ilmunya tidak kalah sama mereka (habib),” paparnya.

Di Blora, lanjut Kokok, ada beberapa makam yang diklaim makam habib. Para habib memanfaatkan masyarakat yang memiliki tradisi berziarah ke makam para wali. Dengan adanya makam yang diduga palsu sehingga masyarakat berziarah dan membuat pengajian haul di makam tersebut.

Advertisements

“Sekarang banyak tokoh-tokoh habib, itu makam palsu. Dengan harapan biar diziarahi. Ngeri nggak, coba bayangkan. Masyarakat kita tidak sadar karena hobinya senang ziarah. Begitu makam di-habib-kan, masyarakat berbondong bondong ke sana. Di Blora ada beberapa titik. Teman-teman sudah mendatangi. Pada saat tertentu kita akan ke sana. Dosa itu, membohongi masyarakat. Meng-haul-kan yang bukan sebenarnya,” jelasnya.

Kokok menganggap para habib telah menyampaikan fatwa yang tidak sesuai. Membelokkan sejarah bangsa Indonesia dan membelokkan sejarah Walisongo.

Advertisements

“Walisongo sudah meninggal, baru muncul itu dari keturunan dia. Itu dari mana itu. Belum yang lain, 70 kyai yang hebat kalah dengan 1 habib yang gila. Itu gimana. Fatwa gila itu. Nyatanya dipercaya sama masyarakat muslim kita kok. (Habib) bisa memadamkan api neraka,” ucap Kokok.

Kokok mengaku telah mempelajari sejarah-sejarah dari beberapa referensi. Disampaikannya ketika taqdim kepada habib harus rasional, jangan langsung percaya.

Advertisements

“Saya sampaikan kepada saudara muslim, berakidah, bertaqdim pada seseorang itu memang harus rasional. Dulu tugas utama para nabi dan rasul adalah meningkatkan cara berpikir umatnya. Sehingga kompatibel, selaras. Antara teori dengan prakteknya itu selaras,” bebernya.**

Advertisements

Silahkan Komentar