MEMUTUSKAN KEBIJAKAN BIJAK TANPA KONTROVERSI
Catatan – Ada rasa yang aku sendiri tidak bisa mengartikan
apakah rasa itu tersebut, rasa itu selalu terlintas di benak dengan banyak
kekhawatiran sampai perasaan rindu yang sangat mendalam. Sendirian di ruangan
tanpa kekasih yang jauh di sana dan aku sering membiarkan waktu terus berlalu,
melakukan aktivitas tidak penting, meskipun menyadari penyesalan setelahnya tapi kenapa sering aku lakukan.
Foto : Mawar Sastrajawa. |
Pada tulisan kali ini aku masih bimbang dengan apa yang akan kutulis antara percintaan atau opini atau mungkin lainnya. Tiap mengendus nafas ada wajah kekasih terbayang juga ada realita tidak menyenangkan terjadi di hadapan, ini memang sulit di katakan tapi kerap kali aku tidak siap untuk menyaksikan fakta teknis lapangan. Sulit untuk menghindar, mau tidak mau mesti menjadi salah satu saksi sejarah dimana tidak setiap orang berada pada sudut pandang yang sama.
Melihat banyaknya kasus serta sedikitnya pengetahuanku terkadang memberatkan tanggung jawab sebagai orang yang dianggap paham dengan persoalan. Ingin menyampaikan kebenaran terhalang oleh rasa sungkan, “pekewuh,” takut kualat dan sebagainya karena yang dihadapi adalah petinggi, tokoh masyarakat, tokoh agama, anak pejabat, anak bos. Sepertinya tidak hanya aku saja yang merasakan hal yang sama, satu diantara kalian para pembaca mungkin posisi kita sama. Belajar kebijaksanaan dari berbagai materi filsafat sejak awal peradaban manusia sampai sekarang selalu ada hal-hal baru dan semua membuat rencana kita berubah dalam menyikapi.
Baca juga : Pemilihan maling.
Baca juga : Menemukan cinta di abad kehancuran.
Ribuan kata bijak dari para akademisi keluar lewat mulut dengan penuh pertimbangan. Tidak mau kalah, pun pemerintah mengeluarkan kebijakan entah kebijakan itu apakah bijak karena selalu timbul kontroversi. Kita sekarang sering menjumpai kata-kata bijak menempel di tembok lorong jalan, di bokong truk hingga di warung-warung modern. Apakah kalian pernah berpikir terkait sebegitu banyak dan mudahnya kata-kata istimewa berisi nasehat kehidupan tapi masih banyak juga orang yang sepertinya tidak menginginkan kebijaksanaan. Sungguh repot jika berbicara prinsip orang, seolah dia sendiri yang ada di bumi dan mengabaikan lingkungan. Apatis.
Makin kesini makin mudah mudah untuk mengakses informasi, ilmu pengetahuan terbuka lebar. Entah kenapa sesuatu ketidakbaikan masih populer tidak seperti beberapa dekade lalu sungguh sulit mencari data harus mendengar siaran radio dan menanti koran bekas dari pak pegawai kantor, mengirim surat saja menunggu tiga hari. Ya begitulah, kini media sosial dengan mudah dimanfaatkan dalam tanda kutip. Masih kurang ketika kita hanya menggunakan dua mata pisau sudut pandang, teka-teki kehidupan membuat kita berpikir berulang-ulang sebelum memutuskan putusan.
Klik di sini : Peristiwa setelah kubangan air sudut pasar.
Klik di sini : Tanah lapak.
Cukup konyol menanam bunga tanpa disiram, dibiarkan layu begitu saja. Para penafsir memperumit keadaan yang seharusnya mudah seolah membuat labirin yang tidak ada jalan keluarnya dan hanya jalan masuk untuk bisa keluar, seperti tulisanku ini mungkin tak berujung. Jangan biarkan kebodohan menguasai dirimu, bangunlah wahai kaum rebahan hari sudah siang. Kita perlu memaksa diri untuk melakoni hal yang terkadang tidak kita senangi padahal itu sebenarnya membuat kita menjadi baik. Memaksa tidak terlalu rakus makan yang berujung penyakit, memaksa diri belajar mengurangi foya-foya bermain, memaksa berpikir kreatif yang tidak hanya selalu menjadi penikmat dan pengguna hasil orang lain. Percuma memiliki kemampuan namun tidak digunakan, ide di manapun, tergantung kita sendiri apakah mampu menangkap inspirasi atau tidak.
Sedikit demi sedikit aku bisa menerjemahkan kerumitan perasaanku, kusadari belum semua aku dapat membahasakan pada fenomena kehidupan yang masih menjadi misteri. Sedikit kiranya lebih berarti, dari sedikit itulah nantinya akan memberi warna kebijaksanaan yang bijak. Bukan kebijakan yang penuh dengan kontroversi namun bijak secara utuh, dan itu membutuhkan latihan panjang serta energi besar. Blora, (09/07/2021),
Mawar Sastrajawa.