MENANTI KABAR SANG KEKASIH
Catatan – Menunggu nada dering telepon berbunyi mengharapkan kasihku memberikan kabar pagi ini. Berharap dia menelepon atau mengirimkan pesan. Membayangkan saja aku senyum-senyum seperti orang gila. Bedanya senyumku karena ada sebab.
Foto : Menanti kabar sang kekasih. Selasa (08/12). |
Berjam-jam aku menunggu dia yang tak kunjung datang. Tapi aku tak putus harapan, keyakinan yang kita tanam tak mungkin tergoyahkan dengan hal kecil.
Sambil menunggu aku mengerjakan tugas rumah. Mulai dari membersihkan rumah, nyapu, cuci baju, cuci piring dan bahkan memberi makan beberapa ayam peliharaan.
Klik : Rasaku masih sama dengan awal kita bertemu
Klik : Idealisme cinta
Tak terasa adzan dzuhur pun berkumandang di pucuk menara dan bambu. Waktu begitu cepat berlalu sampai lupa jika aku menunggumu. Pikiran mulai semrawut entah karena kabarmu tak kunjung datang atau si cacing-cacing mulai aksi demo?
Dering telepon berbunyi aku segera bergegas dengan bahagia melihat layar ponsel. Bersama harap ku kira itu kasih. Seketika raut wajah berubah menjadi hambar dan biasa saja. Ah ternyata si mantan yang menelponku bukan kasihku.
Sudahlah mungkin saja dia belum sempat memberikan kabar padaku. Sebenarnya bukan sekali dua kali tanpa kabar, berkali-kalipun harus sabar dan harus terbiasa. Sejak saat itu, aku mulai membiasakan diri dengan keadaan ini. Aku hanya manusia tidak luput dari kesalahan. Mulai belajar dari setiap pengalaman sebelumnya. Belajar dari kegagalan, kesalahan dan kebenaran menuju kesuksesan.
Melihat layar ponsel setiap detik. Ketika itu, harapanku tak sia-sia karena dia meneleponku. Kami berbicara sebentar agar aku tahu keadaan dia baik-baik saja. Kamu tahu betapa bahagianya aku. Sampai aku tak bisa menggambarkan kebahagiaanku dengan apapun.
Baca juga :
‘Habibati. Aku minta maaf karena aku tidak bisa selalu mengabarimu. Aku akan ganti semua usaha penantian rindumu kok. Keyakinanku, kita gembira bersama hari esok. Tidak ada terlintas sedikitpun untuk melupakan mu, sayang.’ Ucapnya padaku.
Kita memutuskan untuk bertemu siang lusa. Huuuh. Betapa membayangkan pertemuan kita sangat indah. Tak sabar untuk bertemu seperti orang jatuh cinta saja.
Selalu ku pandangi jarum jam, berharap hari cepat berganti. Membayangkan minum es cream bersama kasih.
Tentang penulis: Nur Muthi’atun merupakan mahasiswa STAI AL-MUHAMMAD Cepu menggeluti kajian wacana intelektual dan sastra.