MENYAPA JIWA | MAWAR SASTRAJAWA.
Catatan — Banyak orang bertanya apa kunci hidup tenang. Pertanyaan tersebut mudah digelontorkan tapi membikin bingung ketika menjawab. Sebenarnya terjadi adalah manusia seluruhnya butuh ketenangan dan hidup layak serta bermanfaat bagi sesama manusia.
Sejauh ini belum ada jalan yang jelas untuk menuju ketenangan jiwa, dari itu orang banyak bertanya tanpa tahu gurunya siapa. Ketika sadar dengan ketidakjelasan jalan itu, padahal telah ada pedoman hidup bagi manusia dan itu sangat jelas.
Baca juga : Kenal diri sendiri.
Baca juga : Aku yang salah atau kau yang benar.
Tuntaskan pedoman di dalamnya, tanpanya orang pasti bingung. Jika kebingungan dalam belajar, hal tersebut sangatlah wajar terjadi. Itu belajar saja masih kebingungan, lantas bagaimana jika tidak mempelajarinya sama sekali.
Hampir merata manusia dalam memahami hidup tenang dengan ukuran dunia. Dengan harta dan pangkat, sehingga menyibukkan diri bagaimana harta dan pangkat dapat tercukupi. Saling berlomba mendosok siapa cepat dia dapat. Tanpa acuan pedoman Tuhan, menghalalkan segalanya tak perduli moral dan kesampingkan kepentingan sosial. Semua hidup mandiri, tiada teman penolong dan tiada lawan menolong. Asing bagi umum.
Foto : Coretan Mawar Sastrajawa | Menyapa Jiwa. |
Kiranya orang hanya bisa melihat dari saksi mata orang yang bermalas-malasan, pengangguran karena hanya memang begitu sepertinya. Tidak ada orang yang tahu isi hati dan isi perut.
Ketenangan yang membuat kita sendiri. Saat tenang sederhana, kenapa memilih lebih yang membuat ketidaktenangan jiwa. Tapi kepala tentu memiliki tekanan dalam hidupnya namun yang menjadi pembeda adalah bagaimana sikap kita menghadapinya. Berfikir dewasa akan tumbuh bertindak secara dewasa pula.
Klik tautan : Lebih hina dari pengemis.
Klik tautan : Pembohongan atas diri sendiri.
Perjalanan hidup teramat jauh, umur itu terbatas dan belum sampai finish memahami dan membaca alam raya. Belum ada setetes embun ilmu kita jika dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang begitu sangat luas cakupannya.
Cukup sebatang rokok untuk wawas diri seberapa busuk diri kita. Seberapa tinggi ego kita, seberapa sombong kita memperlihatkan kemampuan, seberapa parah kita menghina sesama dan seberapa jauh kau membuang muka acuh tak sudi disapa. Blora (12/02/2021).
Mawar Sastrajawa.
👍👍👍👍👍👍👍
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Terimakasih atas kunjungan dan partisipasinya di blog kami. Semoga sesempal catatan kami bermanfaat.