PERISTIWA SEBELAH KUBANGAN AIR SUDUT PASAR
Catatan – Di sudut pasar sebrang jalan terlihat dua orang Ibu dan Anak tertidur dalam satu selimut jarik dengan motif jawa beralaskan tikar. Sebelum kubangan air jalan berlubang karena habis hujan dan pletikan air turun dari awan masih terjeda-jeda, mereka menghadirkan mimpi bersama.
Illustrasi. |
Mimpinya tidak totalitas sebab kedinginan membuat tidak tenang. Mereka hanya bisa melipat kaki untuk meredakan dingin menghangatkan suhu tubuh. Angkutan kuning terparkir sebagai penghadang angin ombak pesisir, walau tetap menembus daging tipisnya.
Di bawah tempat berteduh buatan negara, terhimpit diantara dua angkringan kaki lima yang masih uber uang sampai fajar. Aroma micin menggoda perut tak membangunkan badan, ia tetap memiringkan tubuh pada tidurnya. Kucing-kucing berkeliaran cari pelanggan mengharap pemberian teri dari pendatang.
Baca juga : Tanah Lapak.
Baca juga : Revolusi kehancuran.
Peristiwa apa lagi ini, ketika manusia tertidur nyenyak di ranjang asik senggama. Mereka menggigil bersama nyamuk dan ribuan hewan lampu. Di saat kita tidak mendengar tambahan adzan subuh, si jago membisik keras dan mematuk bangkai lalat menempel di kaki mereka. Siapa bilang kemanusiaan, kemiskinan tak dipedulikan. Siapa bela rakyat kecil, kecil-kecil pasti dilupakan.
Aku terdiam lengah di trotoar. Air mata mengering bisu bersembunyi di balik lengan. Cukup banyak kita diskusi dalam ruangan, kapan kita aksi di lapangan. Mengganasnya papan catur kehidupan. Kita sama-sama pion berbeda melewati raja yang sama. Di atas papan catur masih ada papan catur yang lebih besar.
Baca juga : Dagang perselisihan.
Baca juga : Lirik jalan janji.
Si anak kecil bangun menaruh tangan diantara selangkangan, ia kebingungan cari tempat kencing. Toko-toko telah tertulis larangan kencing di terasnya. Ia terpaksa jalan terbirit-birit di semak-semak ia duduk membuang air seni. Persetan kucing tadi sudah lebih awal berak. Tanpa basa-basi si kecil kembali dengan membuang nafas lega.
Baju kemari-kemarin masih digunakan, selimut jarik robek ujungnya menjadi saksi kehidupan mereka. Tiada yang memedulikan, sepertinya orang-orang membuang muka agar tidak tahu. Bantuan pemerintah tidak pernah dapat karena hanya persoalan tidak punya tempat tinggal. Tuhan bersama mereka yang disia-siakan. Rembang (23/05/2021).
Mawar Sastrajawa.