PUISI : AKU | MAWAR SASTRAJAWA.
Foto : Mawar Sastrajawa. |
AKU.
Untuk apa aku belajar keadilan, sementara aku abai melihat ketidakadilan terjadi di depanku.
Aku sok peduli padahal punya maksud menindas.
Aku melarang orang pragmatis, tapi lakuku eksploitatif.
Aku suruh orang belajar namun aku bodoh dan tidak pernah belajar.
Aku bingung dengan apa yang mereka lakukan.
Mereka bingung dengan apa yang aku lakukan.
Aku pandai merangkai kata indah, tapi sama sekali tiada bukti fakta.
Aku berkata ‘Tidak usah khawatir lapar’, namun benak berpikir esok makan apa?.
Perjuangan kupelajari, apatis kuhendaki.
Selalu menjelekkan orang, padahal aku yang busuk.
Sedia kritik, tidak terima kritik.
Aku melakukan hal hanya alibi belaka tutupi kekeliruan.
Hanya slogan terpampang, hanya angan terbayang.
Aku benar, semua salah.
Kesalahan bagi semua orang kecuali aku.
Enggan dikatai egois, tapi tetap kepala batu.
Aku selalu saja bertanya, bagaimana kepeduliannya dan sepak terjangnya.
Namun aku sendiri tak pernah peduli dan tak memiliki sepak terjang.
“Santai saja jalani hidup” kataku, tapi aku upper gugup.
Aku terus berburuk sangka kepada birokrat.
Aku terus menganggap buruk koruptor.
Hariku habis guna baca buku, Namun lemah tak berdaya ranah kejar uang.
Ingin gemuk tapi pasif aktif.
Aku selalu menyalahkan roda berputar, aku selalu menyalahkan Tuhan.
Selalu menyalahkan sistem yang membikin mBullet.
Dan selalu menyalahkan surat kabar tidak fair.
Pintaku orang profesional, tapi aku yang pilih kasih.
Pintaku orang proporsional, tapi akulah yang rakus.
Ikhlas ku ungkit, balas dendam ku tanam.
Kesalahan orang ku gali, kesalahan sendiri ku pendam.
Aku mengajak tepat waktu, tapi tidur selalu bangun siang.
Tidak pernah memahami orang, tapi memaksa orang agar memahami ku.
Aku selalu ingin menyatukan persepsi,tapi harus sesuai dengan pikirku.
Iri, Dengki, Kikir, Tamak, Fasik, Munafik.
Semua kebusukan ada dalam diriku.
Aku tidak sadar saat ditolong.
Ketika orang bermaksud baik, aku selalu mencurigainya.
Apalagi ketika orang berbuat buruk, aku langsung mencaci-maki.
Baru bisa sedikit, sombong kukampanyekan.
Melarang orang berpikir laba, biar aku saja yang memikirkan.
Aku Sudi memerintah, tapi enggan diperintah.
Aku terkurung dalam kebebasan yang aku buat sendiri.
Aku terkurung dalam idealisme yang aku buat sendiri.
Aku selalu anggap orang biasa saja, tapi aku meminta dianggap siapa saja.
Aku tak bisa apa-apa, tapi aku ingin terdepan.
Langkahku terpatahkan, langkahku mematahkan.
Aku ingat saat susah dan butuh, tapi aku pura-pura tidak tahu saat senang.
Hal kecil kurasa penting, hal besar sama sekali tak terurus.
Tiada cermin kebaikan bak manusia busuk.
Lantas, dari sisi mana lagi orang percaya terhadapku?.
Blora, (15/02/2021).
Mawar Sastrajawa.