RENUNG GELAP
Aku dan malam kini bersatu ditemani gelintingan rokok, kopi dan mata memudar ingin tidur. aku melawan ngantuk dengan lembaran pada catatanku ini. Masih tersuasana lebaran karena ini baru memasuki tanggal 3 syawal (bulan islam) malam ke-4, perumahan masih banyak sisa cemilan saji yang terdampar dalam toples di meja tamu. ada pula makanan sudah habis atau toples kosong kemungkinan makanan itu menjadi favorit banyak orang. madu mangsa menjadi carian orang pada tiap momen lebaran karena kekhasannya di kampung, tapi tahun demi tahun makanan tersebut semakin menurun orang yang membikinnya.
Foto : Merenung. |
Sudah menjadi tradisi ketika lebaran tiap manusia berkunjung dari rumah ke rumah dalam rangka maaf-memaafkan. kampungku menyebutnya ‘Kelumputan’. jadi proyek si kecil juga untuk mencari uang saku dan entah apa motif yang mengasih.
Momentum istimewa ini tak jarang orang yang mengabaikannya. orang merantau keluar kotapun pulang ke rumah lasanakan momen lebaran bersama keluarga walau hanya sehari. pasca lebaran kerap juga mengadakan forum reuni baik antar sesama keluarga maupun alumni sekolah bahkan komunitas atau organisasi dengan berbagai varian.
Berlanjutnya malam berlanjutnya keadaan makin dingin karena faktor letak geografis kampungku, belum tahu pasti ketinggian daerah atau konstruksi tanah dan yang pasti setiap rebus air selalu ada kandungan kapur yang menempel di dinding panci nan mengendap. fajar kini sedikit amat kehidupan, yang ada hanyalah lampu kota terpancar sepanjang malam menebus dedaun pepohonan. itu tidak semua, karena ada lampu mati atau rusak yang tak kunjung dibetulkan. larutnya malam kendaraan yang lewat begitu jarang. daun berserakan di jalan, paku dan baloho rusak hiaskan gembel pohon, ranting patah masih menggantung di kabel. Bodoh dan sedikitnya otakku sampai sejauh ini tak mampu berpikir luas. aku memiliki harapan besar jika dapat pikiran atau ide walau hanya setetes embun pagi ini.
Catatan amatir ini aku berpikiran agar apa yang ada di benak tidak hanya aku saja yang tahu, tetapi dapat terbaca dan tersalurkan minimal pada anak nanti. seenggaknya sudah tercantum di catatan ini sudah cukup. Agak ragu pula jika banyak orang ketahui dan mengira pikir dan rasaku yang teramat ruwet. jangankan orang lain, diri saja merasa amburadul. beruntung manusia berpikir ruwet tapi ada ujungnya, aku ruwet tak berujung.
Tergema adzan subuh mulai terdengar di menara bambu mushola, langgar dan masjid juga masih dingin menggigil hanya mampu mendekapi tekukan lutut. sedetik ini belum saja ada ayam bangun. tidak tahu mungkin si jago yang kelelahan mengejar si betina hingga berujung karipan.