SELAMAT DATANG DI ABAD KEHANCURAN.
Catatan –
Memasuki di abad kehancuran ini kebenaran dirasa salah dan kesalahan katanya sesuatu yang
sangat wajar. Kedzholiman jelas seolah-olah dianggap sebagai bentuk keberanian
yang luar biasa. Pantas dan tidak, benar dan salah sulit kita bedakan.
![]() |
Foto : Mawar Sastrajawa di abad kehancuran. |
Manusia bodoh menganggap hal besar adalah penting. Berbeda pandangan menurut manusia cerdas
di abad kehancuran ini hal kecil mampu dipersoalkan dan menganggap sesuatu kecil itu sangat penting sekali. Karena orang pandai memiliki alat analisa dan dibantu
dengan bahan data-data mewadahi sehingga dapat mewarnai opini penyesatan. Sangat
ampuh untuk memberi pemahaman yang positif dan tidak menutup kemungkinan mampu
membelokkan akal sehat manusia.
Ketika tidak
tahu sesuatu bertanya agar paham, tapi ketika bertanya sering disalahkan. Saat sudah
tahu sesuatu tapi diam dan itu bisa disalahkan. ‘Kau tahu kenapa diam saja?’ kita sering menjumpai kalau tahu jangan
dipersoalkan, sudah tahu kok dipersoalkan. Tapi kalau belum tahu ngapain
dipersoalkan, belum tahu kok dipersoalkan. Mungkin sikap yang pantas untuk itu adalah
diam saja lebih baik.
baca juga : Pembohongan terhadap diri sendiri.
baca juga : Berkembang mendalam.
Waktu membahas
sesuatu jika cenderung memicu perdebatan akan mencari cara agar cepat
diselesaikan, di sisi lain akan ada persoalan barang yang telah selesai. Kini di mana
kebenaran berada? Periode ini dan yang akan datang, akan lahir manusia-manusia
tidak berguna. Hanya bisa mencemari bumi kemudian ludahnya membanjiri gurun dan
membuat kemacetan berkerumun di lalu lintas. Orang kuat makin mendewa, orang
lemah makin terpuruk.
Manusia lemah
sulit cari kerja karena tenaga kerja diganti dengan mesin, secara kebutuhan
membutuhkan produk yang telah dibuat oleh produsen. Orang-orang kuat atau pemodal
sedikit kesulitan memasarkan barang dagangannya, karena konsumen sangat butuh
maka mau tidak mau mesti membelinya. Tercekik oleh unsur keterpaksaan.
Berbicara soal
media social mayoritas saat ini sama sekali tidak mencerdaskan kaum, malahan
cenderung memperpuruk bangsa. Media social kiranya mungkin sengaja dibuat
seolah menjadi candu. Ketika tidak beraktivitas di media social merupakan
bentuk kedholiman zaman karena tidak mengikuti era. Di sana user akan dibuat senyaman
mungkin, dimanja dan sedikit gerak.
telusuri tautan : melakukan kebaikan demi menutupi kebobrokan.
telusuri tautan : Aku salah atau Kau benar.
Sudah tidak zamannya
lagi mencari warung yang enak dan murah, akan tetapi mencari warung yang ada
fasilitas free Wireless Fidelity (Wifi). Bermodalkan 5000 sudah bisa patahkan kursi sesambil menikmati
fasilitas wifi dan mengakses jaringan kemudian menonton gambar visual dan video
orang gila sampai warung tutup.
Aku yakin
semua sadar akan masuk di abad kehancuran dan kerusakan ini, tapi apakah dari
kesadaran tersebut mampu membentuk sebuah tindakan yang setidaknya
meminimalisir kegiatan tak guna. Bicara suci terkesan aneh, perilaku tak
bermoral jadi keakraban candaan.
Sadar melakukan
aktivitas berimbas jelek tapi masih kerap dilakukan. Diri ingin kaya tapi malas
kerja, ingin pandai enggan belajar dan aroma kemalasan semakin menjadi-jadi. Rumus
apa hidup sejahtera tanpa merasakan pedih perjuangan?. SELAMAT DATANG DI ABAD KEHANCURAN. Blora (01/03/2021).
Mawar Sastrajawa.