SERAGAM SIMBOL PENINDASAN
Catatan – Aku tidak mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Yang aku tahu ialah yang ku lihat, ku rasa, dan realitas. Kerap sekali penglihatan tidak berkata benar, kebenaran terlihat satu sisi dan paradigma kacau masih sering dipakai.
![]() |
Foto : Mawar Sastrajawa. |
Keserasian secara fisik dianggap kebersamaan. Bersama tidak harus sama, sahabat. Justru dari perbedaan yang nantinya bersatu kuat. Kaum pinggiran misalnya, tanpa memperhatikan harus berpakaian warna apa. Yang sama adalah visinya, bagaimana harus bersatu ketika hukum kapitalis berlangsung pada sistem demokrasi.
Parahnya terjadi berlarut-larut lama. Menyeragamkan orang-orang ketika ikut dalam sistemnya, itu adalah sekat. Begitu mudahnya masyarakat di claim miliknya dan dengan mudahnya melihat si ‘A’ beridentitas apa. Menyimbolkan penindasan dibungkam dengan uang upah. Bos tidak pernah berseragam, yang berseragam rata-rata para pegawai. Jadi para petani adalah bos karena tidak berseragam dimana ia adalah penyokong pangan dan manusia bisa menyambung hidup karena petani. Apapun profesi kalian masih membutuhkan tani untuk kebutuhan pokok.
Baca juga ; Penjara dan Kekuasaan
Meski demikian petani selalu dikucilkan, dianggap pekerjaan yang hina. Anak sekarang malu mengakui bahwa orang tuanya adalah petani. Mengakui saja malu apalagi ketika musim tanam dan panen, pastilah enggan membantu. Gemar dikatai sebagai orang kota. Menurutnya mungkin orang kota tidak makan dari tani atau kenyang dengan jabatan. Makanya tidak sedikit pejabat yang perut kempes. Ada yang tidak? Tentu pengecualian terjadi. Nah, kalian termasuk pada posisi mana?. Lepaskan semua dari simbol-simbol penindas. Kita bangsa merdeka, tanpa perbudakan. Tak hanya merdeka sebagian tapi merdeka 100%.
Kepada para buruh yang saai ini sedang menjalani praktek ketidakadilan oleh para penguasa. Sistem penggajian dianggap banyak oleh kaum bawah yang tidak menau. Tersebut dimanfaatkan oleh umat atasan, sehingga menggaji tidak sesuai peraturan yang telah ditetapkan. Kita sama menjumpai, kewenangan milik penguasa tapi jangan sewenang-wenang.
Ketika dikritisi pandai sekali untuk mengelak. Apalagi pengkritis dangkal mudah dipatahkan. Perlu benar-benar paham regulasi, sangat repot dan kacau jika sama-sama tidak tahu tentang itu.
Pada prinsipnya manusia menginginkan dapat membuat lapangan untuk manusia lainnya. Ketika banyak manusia memiliki akan itu yang terjadi sama bersaing tidak lagi bersaing secara kelompok, namun per-individu yang berusaha membuat lapangan kerja pun kesulitan mencari tenaga.
<
p style=”font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 11pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;”>Saling ejek berkerumun setiap sudut. Prasangka buruk tertanam di alam bawah sadar, motif penindasan gaya apalagi yang nantinya terjadi.